5 Tips Menghadapi Rekan Kerja yang Toxic

Dalam dunia kerja yang ideal, setiap orang berharap dapat berkolaborasi dengan rekan yang saling mendukung, menghargai, dan memiliki tujuan yang sama. Sayangnya, kenyataan tidak selalu seindah itu. Di balik lingkungan kerja yang tampak profesional, sering kali ada individu yang justru membawa energi negatif, menyebarkan gosip, atau memicu konflik kecil yang berdampak besar pada suasana tim. Rekan kerja seperti inilah yang sering disebut sebagai “toxic,” karena perilakunya dapat perlahan merusak kenyamanan dan produktivitas orang lain di sekitarnya.

Menghadapi rekan kerja toxic bukanlah perkara mudah, apalagi jika Anda harus berinteraksi dengan mereka setiap hari. Namun, berpura-pura tidak peduli atau mencoba mengabaikan perilaku mereka bukanlah solusi yang efektif. Justru, penting bagi setiap profesional untuk memahami bagaimana cara menghadapi situasi ini dengan bijak. Memiliki strategi yang tepat tidak hanya membantu menjaga keseimbangan emosi dan kesehatan mental, tetapi juga menunjukkan kedewasaan dan profesionalisme Anda di tempat kerja.

 

Mengapa Harus Tahu Cara Menghadapi Rekan Kerja Toxic?

Bekerja di lingkungan yang suportif adalah dambaan setiap profesional. Namun, realitasnya, kita tidak bisa memilih dengan siapa kita bekerja. Seringkali, kita bertemu dengan satu atau dua individu yang kehadirannya justru menguras energi, menciptakan drama, dan meracuni suasana tim. Inilah yang kita kenal sebagai rekan kerja toxic.

Anda mungkin berpikir, “Mengapa saya harus repot-repot memikirkan cara menghadapi mereka? Bukankah lebih baik diabaikan saja?”

Jawabannya sederhana: mengabaikan perilaku toxic tidak membuatnya hilang. Sebaliknya, hal itu justru memberikan mereka ruang untuk terus merusak. Sebelum kita masuk ke tips praktis, sangat penting untuk memahami mengapa Anda harus serius menangani masalah ini.

Rekan kerja toxic memberikan dampak negatif yang nyata dan terukur. Secara mental, interaksi terus-menerus dengan mereka dapat menyebabkan stres kronis, kecemasan, burnout, dan hilangnya rasa percaya diri. Secara profesional, produktivitas Anda akan menurun karena fokus Anda terpecah antara pekerjaan dan mengelola drama. Moril tim bisa hancur, kolaborasi menjadi sulit, dan inovasi terhambat.

Oleh karena itu, mengetahui cara menghadapi rekan kerja toxic bukanlah soal baper atau terlalu sensitif, melainkan sebuah keterampilan bertahan hidup (survival skill) yang krusial untuk melindungi kesehatan mental dan karier Anda.

Berikut adalah 5 tips strategis untuk menghadapi rekan kerja toxic secara efektif.

 

 

Baca juga: Stres Kerja Bikin Berat Badan Naik? Ini Faktanya!

 

 

1. Kenali Pola Perilaku Toxic

 

Penjelasan Singkat

Langkah pertama adalah identifikasi. Tidak semua rekan kerja yang menyebalkan itu toxic. Seseorang mungkin sedang mengalami hari yang buruk. Perilaku toxic ditandai dengan pola yang konsisten, merusak, dan seringkali manipulatif. Mereka secara teratur meremehkan, menyebarkan gosip, mengambil kredit atas pekerjaan orang lain, atau selalu mengeluh untuk menjatuhkan semangat tim.

Cara Menerapkannya

Amati secara objektif. Apakah perilaku negatif ini terjadi sekali atau sudah menjadi kebiasaan? Apakah orang lain juga merasakannya? Percayai insting Anda. Jika Anda merasa lelah, cemas, atau direndahkan setiap kali berinteraksi dengan orang tersebut, kemungkinan besar Anda sedang berhadapan dengan pola toxic.

 

2. Tetapkan Batasan yang Jelas

 

Penjelasan Singkat

Batasan (boundaries) adalah “pagar” pelindung untuk energi, waktu, dan kesehatan mental Anda. Rekan kerja toxic seringkali tidak memiliki batasan dan akan terus melanggarnya jika Anda biarkan. Menetapkan batasan bukan berarti bersikap kasar, melainkan bersikap tegas demi melindungi diri sendiri.

Cara Menerapkannya

Secara verbal, katakan “tidak” dengan sopan. Jika diajak bergosip, katakan, “Maaf, saya kurang nyaman membicarakan orang lain. Bagaimana progres proyek A?” Jika mereka mulai mengeluh tanpa henti, katakan, “Saya mengerti ini sulit, tapi saya harus kembali fokus pada pekerjaan saya.” Batasi interaksi non-kerja seminimal mungkin.

 

3. Fokus pada Pekerjaan dan Prestasi

 

Penjelasan Singkat

Tujuan utama rekan kerja toxic adalah menarik Anda ke dalam drama mereka. Jangan terpancing. Energi yang Anda habiskan untuk membalas atau memikirkan perilaku mereka adalah energi yang terbuang dari pekerjaan Anda. Cara terbaik untuk “melawan” mereka adalah dengan kesuksesan Anda.

Cara Menerapkannya

Alihkan frustasi Anda menjadi bahan bakar untuk bekerja lebih baik. Biarkan kualitas pekerjaan dan profesionalisme Anda yang berbicara. Saat Anda fokus pada prestasi, reputasi Anda akan terbangun secara positif. Ini akan membuat Anda terlihat kontras dengan si toxic dan memberikan atasan alasan objektif untuk menilai Anda berdasarkan kinerja, bukan drama.

 

4. Komunikasikan dengan Bijak

 

Penjelasan Singkat

Ada kalanya Anda harus berkomunikasi langsung dengan mereka. Kuncinya adalah bersikap asertif, bukan agresif atau pasif. Asertif berarti Anda menyampaikan apa yang Anda rasakan dan butuhkan secara jujur dan lugas, tanpa menyerang karakter mereka.

Cara Menerapkannya

Gunakan “I-statement” (pernyataan “Saya”). Alih-alih berkata, “Anda selalu memotong saya di rapat!” (menuduh), katakan, “Saya merasa tidak didengar ketika saya belum selesai bicara tapi sudah dipotong.” Fokus pada perilakunya dan dampaknya pada pekerjaan, bukan pada kepribadiannya. Lakukan di ruang privat dan jaga nada bicara tetap tenang dan profesional.

 

5. Jangan Ragu untuk Melapor

 

Penjelasan Singkat

Ini sering dianggap sebagai langkah terakhir, tetapi sangat penting. Jika perilaku toxic tersebut sudah keterlaluan, bersifat melecehkan, diskriminatif (terkait SARA), mengintimidasi, atau secara nyata menyabotase pekerjaan Anda, Anda tidak boleh diam. Melapor ke atasan atau HRD bukanlah “mengadu”, melainkan eskalasi profesional.

Cara Menerapkannya

Kumpulkan bukti. Simpan email, tangkapan layar (screenshot) percakapan, dan buat catatan objektif mengenai insiden (tanggal, waktu, apa yang terjadi, siapa saksinya). Saat melapor, sampaikan fakta dan dampaknya terhadap pekerjaan atau tim, bukan sekadar perasaan pribadi Anda. Tanyakan apa solusi atau langkah yang bisa diambil perusahaan.

 

 

Baca juga: Terlalu Sering Lembur Ternyata Bisa Picu Risiko Stroke!

 

 

Kapan Harus Menghindar dari Rekan Kerja Toxic?

Anda harus menyadari satu fakta penting: Anda tidak bisa mengubah semua orang.

Terkadang, Anda sudah menerapkan semua tips di atas menetapkan batasan, berkomunikasi asertif, bahkan melapor namun sikap mereka tetap tidak berubah. Ini bisa terjadi karena orang tersebut memang tidak mau berubah, atau lebih buruk lagi, budaya perusahaan justru melindungi perilaku toxic tersebut.

Jika Anda berada di situasi ini, di mana semua upaya sudah dilakukan tetapi lingkungan tetap meracuni Anda, cara terbaik adalah menjaga jarak dan fokus pada diri sendiri. Ini disebut strategi disengage atau “melepaskan diri”.

Batasi interaksi Anda hanya pada hal-hal yang mutlak diperlukan untuk pekerjaan. Jangan terpancing secara emosional. Perlakukan mereka seperti “batu abu-abu” netral, membosankan, dan tidak reaktif. Pada akhirnya, kesehatan mental Anda jauh lebih berharga. Jika menghindar di kantor yang sama tidak lagi cukup, tidak ada salahnya mulai mencari peluang baru di tempat yang memiliki budaya kerja lebih sehat.

Menghadapi rekan kerja toxic memang menguras tenaga, tetapi Anda tidak berdaya. Dengan mengenali polanya, bersikap tegas, dan tetap fokus pada tujuan, Anda dapat meminimalisir dampak negatif mereka.

Tertarik Kerja di Luar Negeri, Tapi Bingung Mulai dari Mana? Yuk, konsultasi dengan WorkAbroad.id! Kami bantu persiapkan semua kebutuhanmu, dari dokumen hingga tips sukses berkarir di luar negeri.

Jangan ragu, klik tombol di bawah ini dan mulai perjalanan karir internasionalmu sekarang! 👇

 

Rekan Kerja Toxic - 5 Tips Menghadapi Rekan Kerja yang Toxic