8 Negara dengan Work-Life Balance Terbaik di Dunia
Di tengah hiruk pikuk dunia modern yang menuntut produktivitas tinggi, istilah work-life balance atau keseimbangan kehidupan kerja semakin sering diperbincangkan. Bukan tanpa alasan, konsep ini memegang peranan krusial dalam menjaga tidak hanya kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental. Mari kita selami lebih dalam mengapa keseimbangan ini begitu penting dan negara mana saja yang berhasil menerapkannya dengan baik.
Mengapa Work-Life Balance Itu Penting?
Secara sederhana, work-life balance adalah kondisi di mana seseorang mampu membagi waktu dan energi secara seimbang antara tuntutan pekerjaan dengan kehidupan pribadi, termasuk keluarga, rekreasi, dan pengembangan diri. Ini bukan berarti membagi waktu secara 50:50, melainkan memiliki fleksibilitas untuk menyelesaikan pekerjaan sambil tetap punya waktu untuk menikmati hidup.
Pentingnya keseimbangan ini terletak pada dampaknya terhadap kesehatan mental. Ketika pekerjaan terus-menerus menyita waktu dan energi, seseorang rentan mengalami stres kronis. Kondisi ini, jika dibiarkan, dapat memicu masalah yang lebih serius seperti burnout (kelelahan emosional dan fisik), kecemasan, hingga depresi. Kurangnya work-life balance juga dapat merenggangkan hubungan sosial dengan keluarga dan teman, yang merupakan sistem pendukung utama bagi kesehatan mental kita.
Sebaliknya, individu dengan work-life balance yang baik cenderung lebih bahagia, tidak mudah stres, dan lebih produktif di tempat kerja. Mereka memiliki energi yang cukup untuk berkontribusi secara maksimal dalam karier tanpa harus mengorbankan kebahagiaan dan kehidupan personal mereka.
Negara-negara dengan Work-Life Balance Terbaik
Beberapa negara di dunia telah berhasil menciptakan ekosistem yang sangat mendukung keseimbangan ini melalui kebijakan pemerintah, budaya kerja, dan jaminan sosial. Berikut adalah delapan negara teratas berdasarkan Global Life-Work Balance Index terbaru.
Baca juga: Cara Membuat CV ATS-friendly & Contoh Template Gratisnya!
1. Selandia Baru dengan Skor Indeks 86,87
Selandia Baru kembali menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan work-life balance terbaik. Negara ini unggul berkat jam kerja yang relatif singkat, yaitu rata-rata 38 jam per minggu. Selain itu, pemerintahnya menjamin hak cuti tahunan berbayar sebanyak dua puluh hari, ditambah dua belas hari libur nasional. Budaya kerja yang fleksibel dan penekanan pada gaya hidup sehat di luar ruangan menjadi nilai tambah yang signifikan.
2. Irlandia dengan Skor Indeks 81,17
Irlandia menunjukkan komitmen kuat terhadap kesejahteraan pekerjanya. Dengan rata-rata jam kerja 39,7 jam per minggu, negara ini menawarkan dua puluh hari cuti tahunan dan sepuluh hari libur nasional. Yang membuat Irlandia menonjol adalah kebijakan cuti orang tua yang sangat murah hati dan adanya undang-undang yang mendukung hak pekerja untuk “tidak terhubung” di luar jam kerja.
3. Belgia dengan Skor Indeks 75,91
Di Belgia, konsep work-life balance tertanam kuat dalam undang-undang ketenagakerjaan. Negara ini membatasi jam kerja maksimal hanya 38 jam per minggu. Pekerja di Belgia berhak atas dua puluh hari cuti tahunan dan sepuluh hari libur nasional. Pemerintah Belgia juga secara aktif mempromosikan kerja paruh waktu dan jadwal yang fleksibel untuk mengakomodasi kebutuhan keluarga.
4. Jerman dengan Skor Indeks 74,65
Jerman terkenal dengan efisiensi kerjanya yang luar biasa, yang memungkinkan warganya bekerja lebih sedikit namun tetap produktif. Rata-rata jam kerja di Jerman adalah salah satu yang terendah di Eropa, yaitu sekitar 34,7 jam per minggu. Selain itu, pekerja mendapatkan hak cuti tahunan yang sangat panjang, yakni 20-30 hari, ditambah dengan 9-13 hari libur nasional tergantung negara bagian.
5. Norwegia dengan Skor Indeks 74,20
Norwegia menawarkan kombinasi ideal antara karier yang memuaskan dan kehidupan pribadi yang berkualitas. Jam kerja standarnya adalah 37,5 jam per minggu, dan sangat jarang ada budaya lembur. Negara ini juga memberikan 21 hari cuti tahunan dan sepuluh hari libur nasional. Sistem jaminan sosial yang kuat, termasuk cuti melahirkan yang panjang bagi ayah dan ibu, menjadi pilar utama work-life balance di Norwegia.
6. Denmark dengan Skor Indeks 73,76
Sebagai salah satu negara paling bahagia di dunia, Denmark sangat menghargai waktu luang. Rata-rata jam kerja di sini hanya 37 jam per minggu. Pekerja di Denmark menikmati 25 hari cuti tahunan yang dijamin undang-undang, serta sebelah hari libur nasional. Budaya Hygge atau menciptakan suasana nyaman dan menikmati momen-momen kecil dalam hidup juga terbawa hingga ke lingkungan kerja.
7. Kanada dengan Skor Indeks 73,46
Kanada menjadi satu-satunya negara dari benua Amerika yang masuk dalam daftar ini. Dengan jam kerja rata-rata 38,9 jam per minggu, negara ini memberikan 10-15 hari cuti tahunan dan 9-11 hari libur nasional. Pemerintah Kanada terus berupaya meningkatkan keseimbangan kerja dengan program-program seperti penitipan anak yang terjangkau dan kebijakan imigrasi yang ramah keluarga.
8. Australia dengan Skor Indeks 72,10
Gaya hidup santai khas Australia tercermin dalam budaya kerjanya. Rata-rata jam kerja di negara ini adalah 38 jam per minggu. Pekerja berhak atas 20 hari cuti tahunan dan 10-13 hari libur nasional. Upah minimum yang tinggi dan penekanan pada aktivitas rekreasi di luar jam kerja menjadikan Australia tempat yang menarik untuk membangun karier tanpa mengorbankan kehidupan pribadi.
Faktor yang Membuat Negara dengan Work-Life Balance Unggul dan Pelajaran untuk Indonesia
Melihat daftar di atas, ada beberapa benang merah yang membuat negara-negara tersebut unggul dalam menciptakan work-life balance:
- Regulasi jam kerja yang ketat: Hampir semua negara di atas memiliki batas jam kerja mingguan yang jelas dan ditegakkan dengan baik, umumnya di bawah empat puluh jam per minggu.
- Hak cuti yang melimpah: Cuti tahunan yang panjang (rata-rata dua puluh hari atau lebih) memberikan kesempatan bagi pekerja untuk benar-benar beristirahat dan memulihkan energi.
- Dukungan pemerintah yang kuat: Kebijakan seperti cuti orang tua yang dibayar, jaminan kesehatan universal, dan fasilitas penitipan anak yang terjangkau mengurangi beban pekerja secara signifikan.
- Budaya kerja yang sehat: Ada pemahaman kolektif bahwa bekerja lembur bukanlah tolok ukur produktivitas. Sebaliknya, efisiensi dan pulang tepat waktu lebih dihargai.
Sayangnya, Indonesia belum termasuk dalam daftar negara dengan work-life balance terbaik. Beberapa tantangan utama di Indonesia antara lain budaya kerja yang masih mengagungkan jam kerja panjang (lembur), tekanan untuk selalu “siap sedia” bahkan di luar jam kerja, serta regulasi yang belum sepenuhnya melindungi waktu pribadi pekerja.
Pelajaran yang bisa diambil Indonesia dari negara-negara tersebut adalah pentingnya pergeseran paradigma, baik dari sisi pemerintah, perusahaan, maupun individu. Pemerintah dapat memperkuat regulasi ketenagakerjaan terkait jam kerja dan hak cuti. Perusahaan perlu mulai membangun budaya kerja yang menghargai efisiensi daripada durasi, dan mempromosikan fleksibilitas. Sementara itu, sebagai individu, kita juga perlu belajar menetapkan batasan yang sehat antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
Menciptakan ekosistem work-life balance yang sehat adalah investasi jangka panjang untuk menciptakan sumber daya manusia yang tidak hanya produktif, tetapi juga bahagia dan sejahtera secara mental.
Tertarik Kerja di Luar Negeri, Tapi Bingung Mulai dari Mana? Yuk, konsultasi dengan WorkAbroad.id! Kami bantu persiapkan semua kebutuhanmu, dari dokumen hingga tips sukses berkarir di luar negeri.
Jangan ragu, klik tombol di bawah ini dan mulai perjalanan karier internasionalmu sekarang! 👇
Referensi:
“Global Life-Work Balance Index 2025”. remote.com. Diakses pada 13 Oktober 2025


